Pesan Singkat

Senin, 12 Juli 2010

Konsep Bentuk Dayaguna (Performances Shape Concept)

Teater Anak Negeri mengkonsep pertunjukan teater sebagai sebuah pertunjukan multi dimensi, dimana kebutuhan panggung, lighting dan berbagai properti pendukung dapat dihilangkan ketika sebuah pertunjukan teater harus ditampilkan di ruang publik bersama kegiatan lainnya. Namun essensi dari pertunjukan teater tetap ditonjolkan dengan memperkuat ranah puisi, lagu, musik, tarian, artistik dan alur cerita yang dikemas dalam sebuah perform teatrikal, bahkan dapat diintegrasikan untuk merangkai berbagai perform kegiatan kesenian atau lainnya yang digelar secara bersamaan .

Konsep ini tentunya menjadi 'nilai lebih' bagi para talentnya, dimana selain mereka mampu tampil secara terintegrasi (kelompok), talent juga dapat tampil secara individual. Konsep pertunjukan ini juga sangat memudahkan para penyelenggara kegiatan yang menginginkan suatu pertunjukan sesuai dengan tema acara. 



Link Foto: Teater Anak Negeri  

Hutan Terakhir (Last Forest) karya/stdr. Semesta adalah sebuah resital teatrikal yang dikonsep dengan bentuk pementasan teater di ruang publik dimana pertunjukan teater menjadi terlepas dari setting, artistik dan lighting panggung sehingga pertunjukan melebur dengan ruang  dan waktu. --- Resital Hutan Terakhir pada Desember 2009 di Teater terbuka Taman Budaya Jawa Barat.

Tersalur dalam Daya Cipta – menghadapi dorongan emosi

Tiga emosi pokok – rasa marah, rasa takut serta rasa senang – muncul dan berkembang sebagai sarana pelestarian diri. Meskipun emosi harus dikendalikan dengan sengaja, namun penekanan emosi secara tak sadar bisa berbahaya sehingga dapat meledak begitu saja dalam bentuk lain yang lebih menyakitkan, dan menimbulkan konflik kejiwaan atau kalau tidak, penyakit psikomatik. Membiarkan perasaan terungkap secara terbuka ikut memulihkan keseimbangan, karena menghilangkan ketegangan.

Seniman memiliki metode yang amat mengena untuk menguasai emosi: mengubah emosi menjadi seni. Contoh yang bagus adalah aktor, yang menggunakan emosinya sendiri guna menampilkan emosi tokoh yang diperankannya.

William Wordsworth, penyair Inggris abad ke-19, agaknya mengungkapkan pandangan setiap penulis ketika ia mendefinisikan puisi sebagai “luapan spontan perasaan yang kuat” yang bersumber pada “emosi yang diendapkan dalam ketenangan”. Pelukis Belanda Vincent Van Gogh, selagi menulis tentang kehidupan kreatif pelukis, bertanya: “Bukankah daya yang mendorong kita adalah emosi, ketulusan perasaan seseorang terhadap alam?”

Para Anak Negeri

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
 
Theme © Copyright 2009-2015 Teater AN | Blogger XML Coded And redesigned by Aubmotion