Pesan Singkat

Sabtu, 05 Februari 2011

Sesi Latihan Bernyanyi

Membawakan lagu yang diciptakan Mukti-mukti dengan diiringi langsung oleh penciptanya membuat sesi ini menjadi sangat menarik. Sayangnya pada sesi ini, anggota Teater Anak Negeri banyak yang tidak dapat hadir. Dengan gitar yang unik, Mukti-mukti mengiringi dan mengenali jenis vokal untuk disesuaikan dengan nada dasarnya. Pada sesi ini pula Mukti-mukti kemudian mengijinkan lagu-lagunya dapat dibawakan pada perform panggung oleh Anak Negeri meski tanpa diiringi secara langsung, namun ‘minus one’-nya akan disiapkan oleh Mukti-mukti.
Mukti-mukti adalah seniman musik panggung yang sangat apik dalam menggarap syair lagu-lagunya dengan berbagai tema yang dapat diadaptasi untuk dibawakan oleh semua usia. Liriknya yang puitis menjadikan lagu-lagunya sesuai dengan spirit yang dibawakan pada perform Teater Anak Negeri yang tidak terjebak dalam arus populis serampangan dengan tetap menjaga unsur estetis, unsur makna dan unsur pencerdasan budaya namun tetap dapat dinikmati publik luas sebagai suatu pertunjukan yang elegant.

Tersalur dalam Daya Cipta – menghadapi dorongan emosi

Tiga emosi pokok – rasa marah, rasa takut serta rasa senang – muncul dan berkembang sebagai sarana pelestarian diri. Meskipun emosi harus dikendalikan dengan sengaja, namun penekanan emosi secara tak sadar bisa berbahaya sehingga dapat meledak begitu saja dalam bentuk lain yang lebih menyakitkan, dan menimbulkan konflik kejiwaan atau kalau tidak, penyakit psikomatik. Membiarkan perasaan terungkap secara terbuka ikut memulihkan keseimbangan, karena menghilangkan ketegangan.

Seniman memiliki metode yang amat mengena untuk menguasai emosi: mengubah emosi menjadi seni. Contoh yang bagus adalah aktor, yang menggunakan emosinya sendiri guna menampilkan emosi tokoh yang diperankannya.

William Wordsworth, penyair Inggris abad ke-19, agaknya mengungkapkan pandangan setiap penulis ketika ia mendefinisikan puisi sebagai “luapan spontan perasaan yang kuat” yang bersumber pada “emosi yang diendapkan dalam ketenangan”. Pelukis Belanda Vincent Van Gogh, selagi menulis tentang kehidupan kreatif pelukis, bertanya: “Bukankah daya yang mendorong kita adalah emosi, ketulusan perasaan seseorang terhadap alam?”

Para Anak Negeri

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
 
Theme © Copyright 2009-2015 Teater AN | Blogger XML Coded And redesigned by Aubmotion