Pesan Singkat

Kamis, 19 November 2009

Teater AN

Terinspirasi oleh aktifitas Sigrid Minerva Boni Avibus yang lebih di kenal dikalangan seniman dan wartawan dengan nama Boni Avibus, siswi SDN Banjarsari Bandung yang belajar mengenai seni teater di Laskar Panggung Bandung sejak berusia 5 tahun pada awal 2008, maka digagaslah untuk membentuk kelompok teater anak-anak. Seni teater merupakan aktifitas berkesenian  yang sangat luas cakupannya, yang membutuhkan pemahaman terhadap berbagai bentuk seni lainnya sehingga pada usia dini seni teater diharapkan dapat membangun kepribadian dan rasa percaya diri yang mana dapat menjadi dasar yang sangat berharga jika mereka dewasa kelak. Seni juga mengajarkan tentang kepekaan rasa dan pengenalan diri maupun pengenalan lingkungan dimana pengajaran ini berkaitan langsung dengan kontrol emosi yang berdasarkan penelitian para psikolog dapat mempengaruhi kecerdasan seseorang sehingga saat ini untuk mengukur kecerdasan tidak hanya digunakan tes IQ (Intelligence Quotient) tetapi juga dilengkapi dengan tes EQ (Emotional Quotient).

Teater Anak Negeri atau teater AN sebelumnya bernama Laskar Panggung Anak (LPA) resmi didirikan dan mulai beraktifitas tgl. 25 Agustus 2009, di SDN Banjarsari, Jl. Merdeka No.22 Bandung. Digagas oleh Mr. Aubrey (dikenal dengan panggilan Aub), pemerhati budaya yang juga manajer sebuah perusahaan out-sourcing di Jl. Braga Bandung dan Mr.Yusef  Muldiyana, sutradara, penulis naskah teater, aktor dan salah satu pendiri komunitas teater Laskar Panggung Bandung yang kerap menggelar pementasan pada periode 2008-2009 di Gedung Indonesia Menggugat (GIM/Landraad) di Jl. Perintis Kemerdekaan Bandung.

Lahirnya teater AN juga tidak terlepas dari dukungan moril komunitas Laskar Panggung Bandung, FGII (Federasi Guru Independen Indonesia), khususnya sekjen FGII, Mr. Iwan Hermawan yang kerap melibatkan Boni pada kegiatan FGII serta Guru-guru SDN Banjarsari, terutama pak Hamka, guru bidang studi olahraga yang berdiri paling depan mendukung adanya  ekstra kurikuler (eskul) teater di SDN Banjarsari, serta pak Hari yang juga guru olahraga dan pak Yayan, guru SBK (seni, budaya dan keterampilan) yang menjadi pengawas kegiatan eskul ini.

Komunitas teater, khususnya di Bandung pada saat ini, proses regenerasinya belum menyentuh anak-anak dan (secara de facto) masih membatasi usia minimal  pengenalan teater hanya pada tingkat sekolah menengah atas sebagai  pengetahuan pra akademis untuk memasuki perguruan tinggi jurusan kesenian sehingga dengan terbentuknya teater AN ini, dapat menjadi tonggak sebuah langkah besar untuk menyemai sejak dini generasi yang akan datang, yang berbudaya –yang tidak terbatas hanya pada bidang kesenian saja melainkan seluruh aspek kehidupan manusia, berdaya cipta dan mempunyai rasa percaya diri untuk menjadi bangsa bermartabat yang disegani seluruh bangsa di dunia seirama dengan tujuan Daya Cipta Budaya.

Setelah bernama teater AN, kini sanggar mulai memperluas penerimaan anggota yang tidak terbatas pada usia kanak-kanak, namun juga remaja dan dewasa yang selain dapat berkegiatan dalam seni teater juga dapat berkegiatan dalam bidang-bidang kegiatan Daya Cipta Budaya yang lainnya.

Informasi kegiatan sanggar:
  1. No. Telp. Informasi latihan teater/sanggar AN: 0812 2160 2279 (Ani)
  2. Bank: Danamon Cab. BDI Bandung Merdeka; An. Semesta Aubrey No. Rek: 103533444.
  3. Jam latihan di sanggar adalah mulai  jam 13.00 s.d. 15.00  setiap jum’at di GIM
  4. No. Telp. Informasi kegiatan DCB : 0813 2251 9971 (Aub)
  5. Alamat Sanggar/surat :
            Gedung Indonesia Menggugat / Daya Cipta Budaya
            U.p. Semesta Aubrey
            Jl. Perintis Kemerdekaan no. 5 Bandung 40117

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Tersalur dalam Daya Cipta – menghadapi dorongan emosi

Tiga emosi pokok – rasa marah, rasa takut serta rasa senang – muncul dan berkembang sebagai sarana pelestarian diri. Meskipun emosi harus dikendalikan dengan sengaja, namun penekanan emosi secara tak sadar bisa berbahaya sehingga dapat meledak begitu saja dalam bentuk lain yang lebih menyakitkan, dan menimbulkan konflik kejiwaan atau kalau tidak, penyakit psikomatik. Membiarkan perasaan terungkap secara terbuka ikut memulihkan keseimbangan, karena menghilangkan ketegangan.

Seniman memiliki metode yang amat mengena untuk menguasai emosi: mengubah emosi menjadi seni. Contoh yang bagus adalah aktor, yang menggunakan emosinya sendiri guna menampilkan emosi tokoh yang diperankannya.

William Wordsworth, penyair Inggris abad ke-19, agaknya mengungkapkan pandangan setiap penulis ketika ia mendefinisikan puisi sebagai “luapan spontan perasaan yang kuat” yang bersumber pada “emosi yang diendapkan dalam ketenangan”. Pelukis Belanda Vincent Van Gogh, selagi menulis tentang kehidupan kreatif pelukis, bertanya: “Bukankah daya yang mendorong kita adalah emosi, ketulusan perasaan seseorang terhadap alam?”

Para Anak Negeri

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
 
Theme © Copyright 2009-2015 Teater AN | Blogger XML Coded And redesigned by Aubmotion