Pesan Singkat

Senin, 25 Juni 2012

Monolog: Air, Burung dan Nenek Moyang

Pameran Photography yang diselenggarakan Bidik Photography di Institut Francais Indonesia (IFI) Bandung pada tanggal 25-29 Juni 2012 menjadi sangat teatrikal ketika acara pembukaannya dilakukan tidak dengan cara biasa. Para Anak Negeri yang menjadi burung-burung beredar diantara pengunjung dan menarik lembar demi lembar kain yang membungkus figura-figura photo.

Tubuh-tubuh mungil para Anak Negeri berseliweran diantara para tamu yang berdiri menyaksikan monolog Air, Burung dan Nenek Moyang, karya Iman Soleh dan Phelen Philip Baldini yang dibawakan Boni Avibus dan Teater Anak Negeri-nya. Naskah ini disutradarai oleh Semesta dan dikolaborasikan dengan kegiatan pembukaan pameran dengan sangat apik sehingga menjadi suatu rangkaian yang harmonis dan banyak memberikan kejutan bagi para tamu.

Gladi

behind the stage

Para Anak Negeri dan Bidik Photography



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Tersalur dalam Daya Cipta – menghadapi dorongan emosi

Tiga emosi pokok – rasa marah, rasa takut serta rasa senang – muncul dan berkembang sebagai sarana pelestarian diri. Meskipun emosi harus dikendalikan dengan sengaja, namun penekanan emosi secara tak sadar bisa berbahaya sehingga dapat meledak begitu saja dalam bentuk lain yang lebih menyakitkan, dan menimbulkan konflik kejiwaan atau kalau tidak, penyakit psikomatik. Membiarkan perasaan terungkap secara terbuka ikut memulihkan keseimbangan, karena menghilangkan ketegangan.

Seniman memiliki metode yang amat mengena untuk menguasai emosi: mengubah emosi menjadi seni. Contoh yang bagus adalah aktor, yang menggunakan emosinya sendiri guna menampilkan emosi tokoh yang diperankannya.

William Wordsworth, penyair Inggris abad ke-19, agaknya mengungkapkan pandangan setiap penulis ketika ia mendefinisikan puisi sebagai “luapan spontan perasaan yang kuat” yang bersumber pada “emosi yang diendapkan dalam ketenangan”. Pelukis Belanda Vincent Van Gogh, selagi menulis tentang kehidupan kreatif pelukis, bertanya: “Bukankah daya yang mendorong kita adalah emosi, ketulusan perasaan seseorang terhadap alam?”

Para Anak Negeri

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
 
Theme © Copyright 2009-2015 Teater AN | Blogger XML Coded And redesigned by Aubmotion